Distributor Bakiak Tali Dan Kayu Isi 2, 3, 4 Anak Kalimantan Timur
Distributor Bakiak Tali Dan Kayu Isi 2, 3, 4 Anak Kalimantan Timur. Alat peraga edukatif Bakiak terbuat dari kayu pinus/mindi dengan finising yang halus dan rapi serta dilapisi dengan cat non toxic warna warni sehingga menarik dan aman digunakan sebagai media pembelajaran untuk anak usia dini tingkat PAUD dan TK. Untuk informasi harga, cara pengunaan, fungsi dan manfaat alat peraga edukatif Bakiak ini, silahkan KLIK DISINI untuk bakiak isi 2 anak, KLIK DISINI untuk bakiak isi 3 anak, KLIK DISINI untuk bakiak isi 4 anak, KLIK DISINI untuk bakiak tali.
Madaniah adalah pabrik produsen pembuatan alat peraga edukasi (APE) mainan anak indoor yang berkualitas bagus dengan harga murah. Kami menyediakan dan menjual alat peraga edukatif untuk pendidikan anak usia dini (PAUD) dan taman kanak-kanak (TK). Selain tempat produksi, madaniah juga menjadi toko distributor suplier alat peraga edukatif. Kami siap menerima pesanan untuk dinas pendidikan, DIKNAS, BKKBN (BKBKIT), Kelompok Bermain (KB), CSR, HIMPAUDI dan menerima proyek pengadaan paket alat peraga edukatif (APE) sesuai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis (Juklak Juknis) Bantuan Operasional Paud (BOP) tentang penggunaan dana komponen kegiatan pembelajaran bermain Kabupaten di wilayah propinsi Kalimantan Timur seperti Kabupaten Tanjung Redeb Berau, Sendawar Kutai Barat, Tenggarong Kutai Kartanegara, Sangatta Kutai Timur, Paser, Penajam Paser Utara, Ujoh Bilang Mahakam Ulu, Kota Balikpapan, Kota Bontang, Kota Samarinda dengan harga murah dan model terbaru.
Selain Alat Peraga Edukatif Bakiak, berikut beberapa contoh alat peraga edukatif produksi madaniah yaitu bakiak dewasa, balok asesoris, balok datar angka, balok datar huruf, balok baca putar, balok geometri, balok iqro, balok kapal, balok kereta api, balok kereta angka dan masih banyak model alat peraga lainnya. Alat peraga edukasi atau mainan peraga yang berbahan dasar dari kayu, dikerjakan dengan rapi, halus, serta menggunakan lapisan cat non toxic yang tidak mengandung racun sehingga aman digunakan untuk media pembelajaran anak usia dini.
Untuk informasi, konsultasi, dan pemesanan silahkan datang ke kantor/workshop kami atau menghubungi nomor kontak telepon kami Selama jam kerja, 08.00-16.00.
Ulasan Singkat Sekilas Tentang Wilayah Kalimantan Timur
Kalimantan Timur (disingkat Kaltim) adalah sebuah provinsi Indonesia di Pulau Kalimantan bagian ujung timur yang berbatasan dengan Malaysia, Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Sulawesi. Luas total Kaltim adalah 127.346,92 km² dan populasi sebesar 3.575.449 jiwa (2017).[1] Kaltim merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk terendah keempat di nusantara. Ibukota provinsi ini adalah kota Samarinda.
Provinsi Kalimantan Timur sebelum dimekarkan menjadi Kalimantan Utara merupakan provinsi terluas kedua di Indonesia setelah Papua, dengan luas 194.489 km persegi yang hampir sama dengan Pulau Jawa atau sekitar 6,8% dari total luas wilayah Indonesia.
Wilayah Kalimantan Timur dahulu mayoritas adalah hutan hujan tropis. Terdapat beberapa kerajaan yang berada di Kalimantan Timur, diantaranya adalah Kerajaan Kutai (beragama Hindu), Kesultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura, Kesultanan Pasir dan Kesultanan Berau. Di pusat-pusat kerajaan tersebut berkembang bahasa serumpun yang memiliki benang merah dari leluhur bahasa yang sama yaitu rumpun bahasa Melayik.[25]
Wilayah Kalimantan Timur meliputi Paser, Kutai, Berau dan juga Karasikan (Buranun/pra-Kesultanan Sulu) diklaim sebagai wilayah taklukan Maharaja Suryanata, gubernur Majapahit di Negara Dipa (yang berkedudukan di Candi Agung di Amuntai) hingga tahun 1620 pada masa Kesultanan Banjar. Bahkan sebelum adanya bala bantuan dari Kesultanan Demak, Kesultanan Banjar sudah melebarkan pengaruhnya ke Paser, Kutai, dan Berau.[26] Perjanjian yang ditanda tangani antara Pieter Pietarsz (utusan VOC) dengan Aji Pangeran Sinum Panji Mendapa ing Martapura, Raja Kutai Kartanegara dalam tahun 1635 memuat antara lain bahwa perdagangan bebas hanya dibolehkan antara Kerajaan Kutai dengan orang-orang Banjar dan Belanda saja.[27] Kedatangan orang Banjar membantu memperluas pengaruh kekuasaan Kesultanan Kutai terhadap masyarakat Dayak di pedalaman.[28][29] Semenjak itulah pedagang-pedagang asal Banjar mulai mendominasi sebelum kedatangan migrasi orang Bugis pada tahun 1638-1654 dan jatuhnya Makasar ke tangan Belanda tahun 1667. Antara tahun 1620-1624, negeri-negeri di Kaltim diklaim sebagai daerah pengaruh Sultan Alauddin dari Kesultanan Makassar, sebelum adanya perjanjian Bungaya.[30] Menurut Hikayat Banjar Sultan Makassar pernah meminjam (“menyewa”) tanah untuk tempat berdagang meliputi wilayah timur dan tenggara Kalimantan kepada Sultan Mustain Billah dari Banjar sewaktu Kiai Martasura diutus ke Makassar dan mengadakan perjanjian dengan Sultan Tallo I Mangngadaccinna Daeng I Ba’le’ Sultan Mahmud Karaeng Pattingalloang, yang menjadi mangkubumi dan penasihat utama bagi Sultan Muhammad Said, Raja Gowa tahun 1638-1654 dan juga mertua Sultan Hasanuddin yang akan menjadikan wilayah Kalimantan Timur sebagai tempat berdagang bagi Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo)[26] sejak itulah mulai berdatanganlah etnis asal Sulawesi Selatan. Namun berdasarkan Perjanjian Kesultanan Banjar dengan VOC pada tahun 1635, VOC membantu Banjar mengembalikan negeri-negeri di Kaltim menjadi wilayah pengaruh Kesultanan Banjar. Hal tersebut diwujudkan dalam perjanjian Bungaya, bahwa Kesultanan Makassar dilarang berdagang hingga ke timur dan utara Kalimantan.
Sesuai traktat 1 Januari 1817, Sultan Sulaiman dari Banjar menyerahkan Kalimantan Timur, Kalimatan Tengah, sebagian Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan Selatan (termasuk Banjarmasin) kepada Hindia Belanda. CONTRACT MET DEN SULTAN VAN BANDJERMASIN 4 Mei 1826. / B 29 September 1826 No. 10, Sultan Adam al-Watsiq Billah dari Banjar menegaskan kembali penyerahan wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Barat dan sebagian Kalimantan Selatan kepada pemerintahan kolonial Hindia Belanda.
(Sumber)